Mengapa Tokoh Punakawan Tidak Ada di Mahabarata?

Wayang Golek_wayangprabucomTRANSFORMASINEWS , BUDAYA, Anda yang telah dan sedang menonton kisah Mahabharata pasti akan bertanya-tanya mengapa dalam cerita tersebut tidak tampak satupun sosok para punakawan yang selama ini sering munculdalam pewayangan jawa.

Dalam wiracarita Mahabharata versi India, anda memang tidak akan menemukan sosok-sosok penggembira seperti Cepot / Bagong, Dawala/Petruk, Gareng, atau Semar.

Hal itu karena tokoh-tokoh tersebut merupakan unsur lokal ciptaan pujangga Jawa yang selalu ditampilkan dalam cerita-cerita pewayangan versi Jawa sebagai penambah rasa atau mengusir kejenuhan dari tontonan wayang yang bisa berlangsung sepanjang malam ini.

Quote:

Wayang Golek

Punakawan atau panakawan mengandung makna yang berati teman sepaham yang diambil dari kata pana yang artinya paham dan kawan yang berarti teman. Secara luas arti punakawan itu tidak hanya sekedar sebagai abdi atau pengikut para ksatria saja tetapi mereka juga bisa menjadi “tempat curhat” atau sahabat yang mengerti apa yang sedang terjadi pada majikan mereka. Bahkan para ksatria pandawa pun sering meminta nasehat pada mereka.

Menurut sejarah, tokoh punakawan untuk pertama kalinya muncl dalam sebuah karya sastra yang berjudul Ghatotkacasraya karangan Mpu Panuluh pada zaman Kerajaan Kadiri. Naskah tesebut bercerita tentang bantuan Gatotkaca terhadap sepupunya yaitu Abimanyu yang berusaha menikahi Siti Sundari puteri dari Sri Kresna.

Quote:
Dalam naskah tersebut disebutkan bahwa Abimanyu mempunyai tiga orang punakawan yaitu:

Jurudyah
Punta
Prasanta

Ketiganya dianggap sebagai punakawan pertama dalam sejarah kesusastraan Jawa, meski dalam naskah tersebut ketiganya masih sebagai pengikut biasa. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul karya sastra yang berjudul Sudamala, dalam naskah tersebut, Semar menjadi tokoh punakawan yang paling aktif daripada ketiga punakawan sebelumnya. Namun pada zaman berikutnya, untuk menghormati dan menjaga keterkaitan antara kedua golongan punakawan itu, para dalang-dalang di pementasan wayang selalu menyebut Semar sebagai Jurudyah Puntaprasanta (gabungan dari tiga nama punakawan sebelumnya).

Dalam pementasannya, para dalang selalu menceritakan tentang peristiwa ‘gara-gara’ yaitu peristiwa yang menceritakan terjadinya sebuah bencana yang melanda bumi misalnya huru-hara, banjir, gunung meletus, gempa bumi, bahkan termasuk juga korupsi!. Setelah berakhirnya gara-gara itu, akan muncul para punakawan dengan masing-masing ekspresinya, ada yang bahagia, menebar humor, dan bersenda gurau bersama para penonton. Hal tersebut sudah menjadi simbol bahwa setelah munculnya huru-hara atau kerusuhan yang terjadi di suatu negara, maka rakyat kecil yang diharapkan menjadi pihak pertama yang mendapatkan keuntungan.

Namun karena adanya kesalahpahaman, istilah gara-gara ini kemudian dianggap sebagai saat-saat kemunculan para punakawan, sehingga pada saat itu dalang akan menghentikan sementara pementasan wayangnya dan mengisinya dengan pementasan musik atau hiburan bagi para penonton.

Ketika mementaskan sebuah pagelaran wayang baik gaya Jogjakarta, Surakarta, Sunda, atau Jawa Timur tokoh Semar sudah dipastikan akan selalu muncul, meski dengan pasangan yang berbeda – beda. Dalam pewayangan Jawa, Semar akan muncul bersama ketiga anaknya yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong tapi selain mereka ada lagi tokoh punakawan dari golongan raksasa yaitu Togog dan Bilung.

Para punakawan dari Jawa: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong

Sedangkan dalam pementasan wayang golek dari daerah Jawa Barat, Semar akan muncul bersama Astrajingga/Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara di Jawa Timur, Semar hanya muncul bersama Bagong dan anak Bagong yang bernama Besut.

Para punakawan dari Sunda: Gareng, Dawala, Cepot/Astrajingga, dan Semar

Namun pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat I dari Kesultanan Mataram (1645 – 1677), seni pewayangan ini terpecah menjadi dua, yaitu golongan yang pro-Belanda, dan golongan yang anti-Belanda. Golongan pertama itu kemudian menghapus sosok Bagong yang tidak disukai Belanda, sedangkan golongan kedua mempertahankannya.

Itulah mengapa dalam kisah Mahabharata versi India anda tidak menemukan para punakawan.

Para punakawan dalam acara Ria Jenaka di TVRI tempo dulu

Semoga menambah pengetahuan anda.

sumber: VIVA

Leave a Reply

Your email address will not be published.