TRANSFORMASINEWS.COM, OKUTIMUR. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani padi yang mayoritas merupakan penghasilan penduduk di OKU Timur, pemerintah kabupaten OKU Timur menimba ilmu ke Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa barat dalam pengolahan beras organik awal tahun 2017 lalu.
Kabupaten Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu kabupaten dengan julukan ‘raja’nya beras organik karena telah berhasil meng-ekspor beras organik ke berbagai negara seperti Amerika dan Eropa dengan harga yang sangat tinggi yakni Rp. 60 Ribu per kilogram untuk dijual ke Amerika dan Rp. 80 Ribu untuk dijual ke pasar Eropa.
Bahkan Kabupaten Tasikmalaya pada Maret 2017 lalu mengekspor beras organik ke Negara Itali sebanyak 13 ton. Selain ekspor ke negara Itali, Tasikmalaya juga terus mengirimkan beras ke Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Belanda dan Jepang.
Masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya saat ini mulai beralih ke pertanian oerganik mengingat harga yang sangat menjanjikan. Bahkan hingga awal tahun 2017 sekitar 25 persen petani di kabupaten tersebut telah beralih ke pertanian organik dengan kisaran 1000 hektare pertahun lahan beralih ke pertanian organik.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang pertanian padi organik tersebut, Pemerintah OKU Timur yang saat ini sudah memiliki beberapa kelompok tani dengan pertanian yang menggunakan pupuk organik dan mendapatkan sertifikat akan mencontoh metode yang dilakukan pemerintah Tasikmalaya dalam meningkatkan penghasilan padi organik.
Bahkan OKU Timur sudah melakukan MoU dengan pemerintah Tasikmalaya dalam pebelajaran pertanian organik tersebut.
Bupati OKU Timur HM Kholid MD dalam sambutannya dihadapan Gubernur sumatera selatan (Sumsel) Ir H Alex Noerdin saat meresmikan Jembatan Duplikat Air Komering di Desa Gunung Batu, Kecamatan Cempaka mengatakan, salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan mencari formula dalam pertanian organik.
Namun lanjut Kholid, petani saat ini mengalami kesulitan karena belum memiliki salah satu syarat utama untuk bisa meng-ekspor beras organik ke luar negeri yakni belum adanya pabrik pemisah antara beras utuh dengan beras patah.
“Beras organik OKU Timur saat ini laku per kilogram Rp. 15-17 Ribu. Untuk bisa melakukan ekspor ke luar negeri, OKU Timur masih memerlukan kemasan yang bagus. Saat ini Kemasan yang ada masih tradisional. Beras harus diolah sedemikian rupa terlebih dahulu agar bisa diterima di negara luar.
Salah satunya adalah dalam kemasan tersebut harus dipisahkan antara beras utuh dan yang tidak utuh dengan menggunakan bantuan mesin. Harapan kami pak Gubernur bisa memberikan bantuan kepada petani mesin pemisah tersebut tahun 2018 mendatang untuk kesejahteraan petani,” kata Kholid.
Menurut Kholid, pabrik khsusus penggilingan beras organik tersebut mampu memisahkan beras utuh dengan beras patah. Namun harga mesin yang cukup tinggi ditambah kebutuhanOKU Timur akan pembangunan Infrastruktur membuat OKU Timur kesulitan untuk membelinya.
“Untuk itu harapan kami, ada bantuan pabrik pemisah beras tersebut dari pemerintah provinsi,” kata Kholid.
Sementara Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin merespon keinginan pemerintah OKU Timuruntuk memberikan bantuan pabrik pemisah beras organik tersebut pada tahun 2018 mendatang mengingat harga jual untuk ekspor sangat tinggi.
“Nanti coba dianggarkan. Jika memang demikian, artinya harga antara beras di pasaran lokal dengan ekspor sangat jauh berbeda.
Jika dipasaran harganya hanya Rp. 7 Ribu per kilogram dan setelah diolah menjadi Rp. 80 Ribu artinya harga yang ada ketika di ekspor seper-10 dari harga kita disini. Nanti akan coba dikaji lagi bagaimana agar dianggarkan,” janji Alex.
Sumber:Kabarokutimur
Posted by: Admin Transformasinews.com