Menelusuri Praktik dan Modus ‘Denda’ di Jembatan Timbang

jembatan-timbang-di-yogyakarta_2
jembatan-timbang-di-yogyakarta (Tribun Yogya)

TRANSFORMASINEWS, JOGJA – Masih ingat amuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di jembatan timbang Subah, Batang, pada Minggu malam, 28 April 2014? Gambaran serupa praktik “meloloskan” truk-truk bertonase raksasa terpantau di dua jembatan timbang di DIY.

Awak truk telah menyiapkan uang “denda” sebelum truk masuk jembatan timbang, dan “denda” pun disetorkan ke petugas yang berjaga. Ada pula cuma awaknya yang masuk ke ruang kontrol penimbangan, sedangkan truknya melaju pelan di jalan raya.

Tak butuh waktu lama sehingga urusan beres, dan truk-truk yang over tonase itu pun melaju mulus ke tujuan berikutnya.

Bagaimana praktik dan modus “denda” di jembatan timbang? Berdasarkan pengamatan Tribun Jogja (Tribunnews.com Network) di dua jembatan timbang di Kalasan dan Berbah, para sopir atau kernet kendaraan angkutan berat selalu menyiapkan uang untuk membayar denda akibat kelebihan muatan yang mereka bawa.

Setelah memasuki area jembatan timbang, kernet truk-truk besar tersebut sering kali turun terlebih dulu sebelum kendaraannya menyentuh papan timbangan. Saat kernet masuk ruang petugas, kendaraan angkutan berat itu melaju mulus melewati pelat timbangan.

Selesai membayar denda, kernet truk langsung menyusul truk untuk naik kembali di samping pengemudi. Bagi truk yang tidak membawa kernet, sopir yang langsung membereskannya. Mereka langsung menghentikan truknya sebelum melewati pelat timbangan, atau setelahnya.

Kemudian sopir ini masuk ke kantor menemui petugas piket. Sesudah beres kemudian melanjutkan perjalanan. Meski mereka membayar apa yang selalu disebut “denda” kelebihan muatan, praktik penurunan kelebihan muatan atau Jumlah Berat yang Diizinkan (JBI) tak pernah terjadi.

“Sudah bisa kelihatan. Jika sopir atau kernetnya turun dari truknya itu kelebihan muatan. Mereka membayar (denda) karena kelebihan muatan,” aku seorang sopir truk angkutan berat, Arif, ditemui di suatu tempat di Kalasan beberapa waktu lalu.

Arif yang mewanti-wanti tak diungkap identitas aslinya, membeberkan, jembatan timbang di DIY jarang menurunkan muatan truk yang melebihi tonase. Padahal upaya itu pernah dilakukan jembatan timbang Tamanmartani, Kalasan di awal pengoperasian.

“Dulu awal-awalnya ada yang diturunkan muatannya. Namun kini sudah tidak ada lagi. Kurang tahu alasannya apa,” kata Arif saat ditemui tengah beristrahat di sebuah warung makan tak jauh dari lokasi jembatan timbang tersebut. Sumber: (Tribunjogja.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published.