Jakarta, Transf
Amuk mahasiswa membuat geger Yogyakarta. Pasalnya, ratusan mahasiswa mengamuk di Kampung Glendongan, Tambak Bayan, Depok, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (9/5/2012) dini hari, sekitar pukul 02.00. Mereka melempari sekitar 24 rumah warga, membakar satu motor, dan merusak 4 mobil. Ada gerangan apa? Amuk mahasiswa itu menimbulkan tanda tanya besar, kekacauan apa lagi yang melanda para mahasiswa sehingga berbuat kebrutalan?
Generasi muda kini banyak yang kacau karena pengaruh makanan, konsumerisme, hedonisme, tekanan sosial, ketimpangan dan krisis identitas. Prof Azrul Anwar dari FK-UI melihat, kekacauan jiwa dan pikiran melanda sebagian kaum muda dan remaja karena pola makanan fast food atau bahkan kurang gizi yang melanda mereka ketika masih dalam pertumbuhan sebagai bayi dalam kandungan.
“Ketika anak-anak kita tumbuh remaja atau memasuki usia muda menuju dewasa, terjadi kekacauan jiwa dan pikiran karena pola makanan, struktur sosial-ekonomi dan kultur yang kompleks, yang menurut ukuran kesehatan dan kedokteran, tidaklah kondusif, terkesan mengalami krisis identitas dan jatidiri,” katanya.
Ada yang menyatakan bahwa perusakan oleh mahasiswa tersebut diduga berawal dari pembacokan seorang tukang parkir di Jalan Babarsari bernama Okta, Selasa (8/5/2012) pukul 20.00. Okta dibacok seorang mahasiswa yang kemudian kabur. Mendengar hal itu, warga menjadi gerah. Dan isu itu dengan cepat mernyambar kawasan ke dalam perangai kekerasan.
Dalam kasus di Yogyakarta itu, warga mendengar banyak mahasiswa berlarian sambil berteriak-teriak dan melempari rumah dengan batu. Kaca-kaca jendela rumah warga pecah. Beberapa ibu rumah tangga dan anak sempat terkena lemparan sampai benjol. Akibat serangan amuk mahasiswa itu, 24 rumah rusak, terutama kaca-kaca jendela pecah, 4 mobil dirusak, satu di antaranya berupa mobil Toyota Avanza baru yang ringsek kaca depannya akibat dihantam potongan beton. Tak hanya itu, kerusakan juga terlihat pada sebuah warnet dan rental komputer. Di dalam kampung, sebuah motor GL 100 juga dibakar dan 1 warung dirusak. Kekerasan oleh mahasiswa ini sangatlah irasional, namun menunjukkan gejala patologi sosial yang tersembunyi, yang terjadi di sekitar lingkungan sehari-hari.
Dalam kasus ini, para mahasiswa yang mengamuk dan melakukan vandalisme adalah bukti bahwa mereka akan sulit diharapkan sebagai penggerak bangsa karena sudah mirip preman. Dibutuhkan gemblengan iman, akhlak, akalbudi dan fi sikmental untuk mengembalikan para mahasiswa ini menjadi manusia yang berbudi-pekerti dan saleh.
(inilah.com)