30 Persen Pemilih Rawan Politik Uang

Ilustrasi Gratifikasi

Padang – Pengamat politik sekaligus akademisi dari Universitas Andalas Asrinaldi menilai, pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Padang, rawan terjebak ke dalam politik uang, khususnya kalangan pemilih pemula.

Dalam pengamatan, penelitian dan hasil survei otonom, pemilih di Kota Padang terbagai menjadi tiga kelompok, pertama kelompok militan, yakni basis partai dengan persentase sekitar

30 persen. Selanjutnya, kelompok pemilih yang telah memiliki pilihan, namun bisa berubah karena dipengaruhi calon lain, dengan persentase sekitar 40 persen. Kemudian kelompok pemilih yang belum memiliki pilihan, dengan persentase sekitar 30 persen.

“Menurut analisis kami, yang tergolong ke dalam kelompok yang belum memiliki pilihan ini didominasi oleh pemilih pemula. Kelompok ini sangat rawan terpengaruh oleh politik uang,” ujarnya kepada Haluan, Kamis (24/10).

Untuk merangkul kedua kelompok ini, yang perlu dilakukan calon yakni mendatangkan figur dan memberikan kesan yang menarik. Sehingga kelompok tersebut, memiliki simpatik kepada calon yang bersangkutan.

Padangan berbeda dilontarkan oleh pengamat politik Edi Indrizal. Ia menegaskan, masyarakat khususnya di Kota Padang, sudah tergolong kepada masyarakat yang cerdas. “Perlu diketahui, bila seorang calon tidak percaya diri, dan mengandalkan figur untuk mengangkat elektabilitasnya, maka calon tersebut akan dipandang sebagai calon yang tidak mampu memimpin Kota Padang ke depannya. Hal itu juga akan membuat pendukungnya, akan berpindah haluan ke calon lain,” terangnya.

Edi juga mengatakan, kampanye terbuka yang dilakukan oleh para calon, tidak banyak mempengaruhi elektabilitasnya. “Meskipun kami tidak malakukan servei secara resmi, namun menurut padangan kami, semua calon yang melakukan kampanye tidak banyak merangkul pendukung yang lain untuk mendukung dirinya,” imbuhnya.

Kamis (24/10) kemarin, belasan mahasiswa Unand yang tergabung dalam BEM-KM Unand, melakukan aksi damai di bundaran depan PT Pos Padang. Aksi tersebut dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain, mengingatkan masyarakat agar berhati-hati memilih pemimpin, mensosialisasikan kepada masayarakat agar tidak golput pada Pilkada Kota Padang tanggal 30 Oktober nanti, dan menyarankan kepada masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang melakukan kecurangan dalam kampanye. Misalnya, memberikan uang kepada masyarakat agar memilihnya.

Presiden BEM-KM Unand, Vicky Maldini yang memimpin aksi tersebut mengatakan, masyarakat mesti memilih pemimpin yang akan memperjuangkan nasib mereka.

“Tingginya angka golput pada beberapa Pilkada karena kurang atau tidak adanya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin. Masyarakat mengalami ‘diabetes’ sebab pemimpin hanya memberikan janji manis ketika kampanye, namun realisasinya tidak ada. Oleh karena itu, kami mengimbau agar memilih pada Pilkada nanti, karena harapan itu masih ada,” ujar Vicky.

Vicky mengatakan, ada beberapa pertimbangan untuk mendapatkan pemimpin berkualitas.

“Pertama, kenali calon yang akan dipilih. Kenali mulai dari kehidupan pribadinya, keluarganya, hingga rekam jejak pengalaman hidupnya. Kedua, pelajari visi misi dan semua program kerja yang ditawarkannya, catat dan rekam karena nanti bisa dijadikan pertanggungjawaban,” katanya.

Vicky menambahkan, calon yang memakai politik uang dalam berkampanye, sebaiknya jangan dipilih, karena setelah terpilih, tidak tertutup kemungkinan ia akan mencari cara agar uang tersebut bisa kembali lagi ke tangannya,” tegas Vicky.

Aksi damai tersebut mulai pukul 10.00 sampai pukul 12.00 WIB. Aksi dimulai dari bundaran depan PT Pos Padang sampai ke Pasar Raya Padang. Aksi tersebut berjalan lancar tanpa menimbulkan kemacetan. (inilah)

Leave a Reply

Your email address will not be published.