TRANSFORMASINEWS.COM-Gubernur Sumsel, H Herman Deru menyambangi kediaman Siti Soimah, orang tua dari Am (17) santri asal Palembang yang diduga meninggal akibat dianiaya oleh oknum seniornya di Pondok Pesantren Gontor, beberapa waktu yang lalu.
Herman Deru mengungkapkan rasa duka dan berbelasungkawa atas meninggalnya AM (17).
“Kita ikut berbelasungkawa atas meninggalnya ananda AM yang diduga dianiaya oknum seniornya di Ponpes beberapa waktu lalu,” ungkap Deru seperti dilansir dari sumeks.co.
Deru juga berharap penegak hukum untuk menegakkan kebenaran agar keluarga Siti Soimah tidak penasaran dan semua permasalahan cepat terselesaikan. Herman Deru juga mengingatkan kepada keluarga bahwa kejadian ini merupakan ulah dari oknum.
“Jangan sampai semerta-merta menyalahkan Ponpesnya,” imbuh Deru.
Lebih lanjut Deru mengungkapkan, jika memang ada butuh sesuatu yang belum terselesaikan diharapkan agar keluarga yang bersangkutan langsung menemuinya secara pribadi.
“Kita serahkan kepada pihak hukum dan saya turut berbelasungkawa. Untuk bantuan, kapan pun dan dimanapun saya siap. Kerumah pun boleh jika memang perlu bantuan,” tandasnya.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, jika pihak Pondok Pesantren harus bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi di lingkungan ponpes.
Komisioner KPAI, Retno Listyarti menelisik adanya kelemahan dalam sistem pengawasan pondok selama ini.
“Saya menghormati dan mendukung proses hukum yang sedang dilakukan aparat penegak hukum dan mendorong penggunaan UU No. 11/2021 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Namun, karena kekerasan terjadi dilingkungan Pendidikan dan melibatkan para peserta didik, maka seharusnya tidak semua ditimpakan kepada anak-anak pelaku, pihak Ponpes harus ikut bertanggungjawab karena Tindakan kekerasan terjadi diduga kuat akibat lemahnya sistem pengawasan ponpes. Kalau sistem pengawasannya bagus, tidak mungkin peristiwa seperti ini terjadi,” kata Komisioner KPAI, Retno Listyarti dalam siaran persnya menanggapi maraknya kekerasan di lingkungan Pendidikan, Sabtu, 9 Seftember 2022.
Menurut Retno, sistem pengawasan Ponpes perlu dievaluasi, karena manajemen ponpes umumnya memanfaatkan santri senior untuk melakukan pengawasan rutin, apalagi ketika jumlah santrinya sangat banyak, tidak hanya ratusan, bisa ribuan.
“Apakah selama ini ada teguran ketika para santri senior yang bertugas mengawasi santri junior melakukan kekerasan, misalnya kekerasan verbal atau kekerasan fisik. Apakah ada ketentuan di ponpes bahwa tidak diperkanankan melakukan kekerasan dengan alasan apapapun, termasuk atas nama mendisiplinkan?” ujar Retno.