TRANSFORMASINEWS.COM, PALEMBANG. RADEN Abdul Rachman, 74, menyambut antusias saat lahan miliknya hendak digunakan sebagai tapak Jalan Tol Trans-Sumatra ruas Palembang-Simpang Indralaya, Sumatra Selatan. Ketua RT 03, Desa Pemekaran Teluk Kecapi, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, itu mengaku sangat beruntung.
“Sejak awal, saat tahap pembicaraan tentang proyek ini, saya dan keluarga sudah menyambut. Kami setuju adanya pembebasan lahan demi kepentingan negara,” ungkapnya, pekan lalu.
Lahan milik Rachman yang terkena jalan tol mencapai panjang 250 meter dan lebar 70 meter. Hasil ganti rugi ia bagikan kepada semua anggota keluarga dan sebagian untuk membeli lahan baru.
Tidak hanya bapak lima anak itu saja yang beruntung dengan adanya Jalan Tol Trans-Sumatra. Selain mengantongi uang dan memiliki lahan baru, warga bisa menggarap lagi lahan rawa yang sempat ditelantarkan. “Di sini itu rawa. Tadinya, kami membiarkan lahan dipenuhi rumput dan tidak pernah menggarapnya,” lanjut Rachman.
Namun, setelah proyek tol dikerjakan dan PT Hutama Karya mulai membuat jalan dan memperlebar jalan desa, lahan rawa kembali dilirik. Banyak warga menggarapnya untuk pertanian.
Dulu, kenangnya, akses jalan di kampungnya hanya bisa dimasuki kendaraan roda dua. Proyek jalan tol membuat jalan desa bisa dilalui sekaligus dua mobil dari dua arah. “Sebelum ada proyek, daerah ini dikenal rawan kriminalitas. Kini, kerawanan itu sudah jauh berkurang,” tambah Cek Yaya, ibu rumah tangga.
Empat ruas tol
Di wilayah Sumatra Selatan, ada tiga ruas tol yang dibangun, yakni tol Palembang-Simpang Indralaya sepanjang 22 kilometer, Pematang Panggang-Kayu Agung 77 km, Palembang-Tanjung Api-Api 90 km, dan Kayu Agung-Palembang-Betung sepanjang 111,69 km.
Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin optimistis konstruksi ruas Palembang-Simpang Indralaya bisa tuntas pada Juli 2017, sedangkan Pematang Panggang-Kayu Agung selesai pada 2018.
“Palembang-Tanjung Api-Api ditargetkan tuntas pada 2019 dan Kayu Agung-Palembang-Betung sudah mulai konstruksi dan target selesai pada 2018,” tambahnya.
Pemimpin proyek Palembang-Simpang Indralaya, Hasan Turcahyo, mengakui dalam pengerjaan konstruksi, sejumlah persoalan menjadi kendala. “Lokasi pembangunan yang sulit dan berlumpur saat diguyur hujan menjadi salah satu hambatannya,” papar petinggi di PT Hutama Karya itu.
Saat ini pembangunan tol yang menjadi tanggung jawabnya itu sudah tuntas 46,6%. Untuk seksi I yakni akses Palembang-Pemulutan sudah mencapai 75,62%, seksi II Pemulutan-Rambutan baru 1,8%, dan seksi III Rambutan-Simpang Indralaya mencapai 35,4%.
Ia menjelaskan dana untuk pembangunan ruas tol itu sekitar Rp105 miliar per kilometer. Ruas Palembang-Simpang Indralaya itu, saat operasional, diperkirakan akan diakses 20 ribu kendaraan per hari.
Yang unik dari konstruksi ruas itu ialah digunakannya teknologi vakum konsolidasi network. Teknologi yang sama juga digunakan untuk membangun sirkuit Moto-GP di Palembang.
“Kontur tanah di sirkuit dan di sini sama. Teknologi ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia,” papar Hasan. Sebenarnya teknologi ini sudah sangat familier terutama untuk penggunaan pembangunan jalan di Tiongkok pada 1950-an. “Teknologi ini sangat baik karena dapat mempercepat pembangunan di daerah rawa,” tandas Hasan.
Sumber: Mediaindonesia.com/