TRANSFORMASINEWS.COM, JAKARTA.BENCANA banjir saat musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau bagi warga Kudus dan sekitarnya selama ini menjadi pemandangan umum. Untuk mengatasi kondisi itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi berupaya membangunan Bendungan Logung yang terletak di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Pembangunan Bendungan Logung mulai dikerjakan pada 2014, dianggarkan pemerintah pusat melalui APBN sebesar Rp604.15 miliar. Bendungan itu bakal berfungsi menahan dan menyimpan air dari meningkatnya debit Sungai Juwana saat musim hujan. Sebaliknya, itu mampu mengalirkan ke ratusan hektare sawah saat musim kemarau.
Proyek itu ditargetkan pada November 2018 mendatang mulai difungsikan. Bendungan dengan luas area konstruksi mencapai 21,67 hektare dan mampu memenuhi luasan genangan air mencapai 144,06 hektare ketika sudah mulai beroperasi. Tidak saja mengatasi bencana banjir dan kekeringan di wilayah Kudus dan sekitarnya, itu juga menjaga kelestarian lingkungan sekitar bendungan dengan rampungnya area green belt (sabuk hijau) yang mengelilingi bendungan seluas 43,71 hektare.
“Pemerintah Kabupaten Kudus sangat bangga dan senang dengan selesainya pembangunan Bendungan Logung ini karena dua permasalahan yang dihadapi warga dan petani, yakni banjir dan kekeringan, dapat diatasi sekaligus,” kata Bupati Kudus M Tamzil saat meninjau pembangunan bendungan, Selasa (16/10).
Dengan selesainya proyek Bendungan Logung, Tanzil mengatakan Pemkab Kudus segera akan melakukan langkah-langkah sosialisasi kepada warga, baik di sekitar bendungan maupun warga Kudus lainnya, tentang fungsi dan pemanfaatan bendungan bagi mereka. “Bendungan ini juga akan menjadi sarana tempat wisata yang mampu meningkatkan ekonomi warga,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bendungan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno mengatakan pembangunan Bendungan Logung selesai 100% pada awal November mendatang sehingga memasuki musim penghujan nanti akan mulai diisi air.
“Diperkirakan, pengisian membutuhkan waktu selama satu musim penghujan, yakni mulai pertengahan November dan saat musim kemarau dibuka untuk kebutuhan pengairan warga,” kata Ruhban.
Bendungan Logung, selain mampu mengairi sawah seluas 5.355 hektare, jelas Ruhban, akan menjadi penahan air saat musum penghujan dan mengurangi banjir sebesar 35% karena menampung air sekitar 20,15 juta meter kubik.
Selain itu, lanjutnya, bendungan itu juga direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air baku untuk masyarakat dan industri sebesar 200 liter per detik bagi 130.909 jiwa yang tinggal di Kota Kudus dan sekitarnya.
“Bendungan ini juga menjadi tempat pariwisata, serta pembangkit listrik mikrohidro sebesar 0.5 megawatt,” imbuhnya.
Sementara itu, data Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PU-Pera) menyebutkan bersamaan dengan selesainya pembangunan Bendungan Logung, Jawa Tengah, pemerintah juga telah menyesaikan delapan bendungan lainnya di Indonesia tahun ini dengan kapasitas seluruhnya 288 juta meter kubik.
Sejak kepemimpinan Presiden Jokowi juga, selain di Jawa, bendungan yang dibangun sejak 2014 dan mulai dapat beroperasi akhir 2018 ialah Bendungan Rotiklot di NTT, Bendungan Tanju, Mila, dan Bintang Bano di NTB, Bendungan Sei Gong di Batam, Bendungan Sindang Heula di Banten, dan Bendungan Paselloreng di Sulawesi Selatan.
Di NTT, Jokowi juga telah membangun tiga pos lintas batas negara (PLBN), yakni Motamasin, Motaain, dan Wini. Tiga PLBN lagi akan dibangun pada 2019, yakni Napan di Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Oepoli di Kabupaten Kupang, dan Maritaing di Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor.
“Ada kabar PLBN di Oepoli dibangun tahun depan. Mudah-mudahan segera terealisasi. Kami juga mengharapkan jalan dari Kupang ke Oepoli di perbatasan dengan Timor Leste segera diaspal,” kata Tom Kameo, tokoh masyarakat Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Selasa.
Dia mengharapkan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste, itu digenjot sehingga akses masyarakat ke kota menjadi lancar dan cepat. “Jarak dari perbatasan Oepoli ke Kupang kurang dari 200 kilometer tapi ditempuh selama sekitar 12 jam karena kondisi jalan yang belum beraspal,” ujarnya.
Selama selama empat tahun pemerinta Jokowi juga dilakukan pembangunan ruas jalan sabuk merah di perbatasan RI-Timor Leste. Ruas jalan sabuk merah yang sudah dibangun membentang sepanjang 179 kilometer, menghubungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Belu dan PLBN Motamasin di Malaka, dijadwalkan rampung akhir tahun ini.
Setelah itu, dilanjutkan pembangunan sektor barat di wilayah Timor Tengah Utara, menghubungkan PLBN Wini dan PLBN Napan sepanjang 130 kilometer.
Sumber: mediaindonesia.com
Posted by: Admin Transformasinews.com